Powered By Blogger

Sabtu, 23 Juli 2011

Ketika Janji Dijawab Insya Allah

 Insya'Allah adalah ucapan seseorang yang menyertai pernyataan akan berbuat sesuatu pada masa yang akan datang. Dengan mengucapkan perkataan ini seorang muslim telah berjanji untuk melakukan perbuatan tersebut kecuali tidak memungkinkan pada saat akan dilakukan. Lihat QS 18:24. Janganlah seseorang mengucapkan ‘Insya Allah’ hanya supaya orang yang mempunyai permintaan tidak tersinggung. Ada 2 kekeliruan: Pertama, jika pada dasarnya kemungkinan besar kita tidak bisa memenuhi permintaan tersebut tapi kita berkata Insya Allah yang artinya sebuah kepastian niat dan sebuah janji, kemudian saat hari itu, orang tersebut tidak memenuhi permintaan tadi. Maka orang tersebut tidak menepati janjinya, justru orang yg punya permintaan tadi menjadi tersinggung. Ia pun jadi bergumam “Kemarin bilangnya Insya Allah koq sekarang tidak ada” Kedua, bagaimana mungkin kita memakai nama Allah sekedar untuk membuat seorang manusia tidak kecewa? Maka bila memang kemungkinan besar kita tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, maka cukup katakan ?Wah ane ragu dapat menghadiri?? atau “Afwan, andaikan saja ane bisa….”, atau “Ane ingin sekali datang tapi ada hal yg tidak bisa ditinggalkan…” atau semacamnya dengan bahasa yang baik tanpa berdusta tentunya. Dengan demikian tidak ada janji terutang. Salah guna istilah InsyaAllah Saya pernah mendapati orang yang membenci Islam berkata “Orang Islam plin-plan, ga tegas, kalo diminta berjanji bilangnya Insya Allah“. Insya Allah, secara bahasa berarti ‘Jika Allah menghendaki’. Kalimat ini sudah sering digunakan seorang Muslim jika hendak berjanji melakukan sesuatu. Namun ternyata sekaran gkalimat ini telah mengalami banyak penyalah-gunaan. Banyak yang menggunakan mengidentikkan Insya Allah dengan keragu-raguan, bahkan ketidaksanggupan memenuhi janji. Misalnya ketika seseorang diajak ke kajian nanti malam, “Akhi, nanti malam ikut kajian ya..” Dia menjawab “Wah, sepertinya saya ada tugas, Insya Allah deh..”. Padahal si akhi ini sebenarnya tidak bisa mengikuti kajian, namun karena tidak enak hati menolaknya maka ia mengatakan Insya Allah. Ini tidak benar. Jika melihat dalilnya: “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu ’sesungguhnya aku akan mengerjakan esok,’ kecuali (dengan mengucapkan) insya Allah. Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah ‘mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (QS Al-Kahfi: 23-24). Di ayat tersebut Allah memerintahkan ucapan semacam “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” harus diikuti dengan ucapan Insya Allah. Sedangkan ucapan “Sesungguhnya aku akan mengerjakan besok” adalah ucapan kepastian, keyakinan diri dapat melakukan, bukan ucapan keragu-raguan. Maka Insya Allah adalah penegas ucapan kepastian dan keyakinan. Bukan keragu-raguan. Namun yang istimewa, kalimat Insya Allah menunjukkan tawakkal. Bahwa Allah-lah yg Maha Menentukan sesuatu kejadian. Manusia hanya berencana dan berikhtiar, Allah yang menentukan hasilnya. Manusia terlalu lemah untuk mengucapkan ‘pasti’, karena ALlah dapt berkehendak lain. Maka, benar bila ada yang mengatakan Insya Allah itu 99,99% pasti. Hampir 100%. Yang 0,01% adalah faktor X yang meruapakan kehendak lain dari Allah yang memang bisa mengubah 99,99% lainnya. Maka, bila tidak yakin atau tidak dapat memastikan maka cukup katakan “Wah, saya tidak bisa” atau “Wah saya ragu dapat menghadiri…”. Bila antum yakin bisa baru katakan “Insya Allah”. Dan janji harus ditepati. Makna InsyaAllah Beberapa penduduk Mekkah datang ke Nabi Muhammad saw. bertanya tentang ruh, kisah ashabul kahfi dan kisah Dzulqarnain. Nabi menjawab, "Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan." Keesokan harinya wahyu tidak datang menemui Nabi, ... ---------- Sumber: Milist Daarut-Tauhiid "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhan-Mu jika kamu lupa dan katakanlah "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." (Q.S Al-Kahfi 18: 24) Beberapa penduduk Mekkah datang ke Nabi Muhammad saw. bertanya tentang ruh, kisah ashabul kahfi dan kisah Dzulqarnain. Nabi menjawab, "Datanglah besok pagi kepadaku agar aku ceritakan." Keesokan harinya wahyu tidak datang menemui Nabi, sehingga Nabi gagal menjawab hal-hal yang ditanyakan. Tentu saja "kegagalan" ini menjadi cemoohan kaum kafir. Saat itulah turun ayat menegur Nabi, "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhan-Mu jika kamu lupa dan katakanlah "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini." (Q.S Al-Kahfi 18:24) Kata "Insya Allah" berarti "jika Allah menghendaki". Ini menunjukkan bahwa kita tidak tahu sedetik ke depan apa yang terjadi dengan kita. Kedua, hal ini juga menunjukkan bahwa manusia punya rencana, Allah punya kuasa. Dengan demikian, kata "insya Allah" menunjukkan kerendahan hati seorang hamba sekaligus kesadaran akan kekuasaan ilahi. Dari kisah di atas kita tahu bahkan Nabi pun mendapat teguran ketika alpa mengucapkan insya Allah. Sayang, sebagian diantara kita sering melupakan peranan dan kekuasaan Allah ketika hendak berencana atau mengerjakan sesuatu. Sebagian diantara kita malah secara keliru mengamalkan kata "insya Allah" sebagai cara untuk tidak mengerjakan sesuatu. Ketika kita diundang, kita menjawab dengan kata "Insya Allah" bukan dengan keyakinan bahwa Allah yang punya kuasa tetapi sebagai cara berbasa-basi untuk tidak memenuhi undangan tersebut. Kita rupanya berkelit dan berlindung dengan kata "Insya Allah". Begitu pula halnya ketika kita berjanji, sering kali kata "insya Allah" keluar begitu saja sebagai alat basa-basi pergaulan. Yang benar adalah, ketika kita diundang atau berjanji pada orang lain, kita ucapkan "insya Allah", lalu kita berusaha memenuhi undangan ataupun janji itu. Bila tiba-tiba datang halangan seperti sakit, hujan, dan lainnya, kita tidak mampu memenuhi undangan ataupun janji itu, maka di sinilah letak kekuasaan Allah. Di sinilah baru berlaku makna "insya Allah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar