Powered By Blogger

Sabtu, 16 Juli 2011

sahabat pencari cinta

assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

sahabat... untuk bisa mengatakan suatu masakan enak atau tidak, tentu kita harus mencicipinya terlebih dahulu bukan..? begitu pula dengan cinta, kita tak bisa berbicara tentang cinta yang sebenarnya jika kita belum pernah merasakannya.

sahabat.. maafkan saya jika catatan saya melulu tentang cinta, saya hanya berusaha belajar tentang cinta dari pengalaman-pengalaman pahlawan, tentu saja bukan pahlawan nasional ya.. karena kata orang pengalaman adalah guru yang sangat berharga, benar kan sahabatku..? sejujrnya sayapun berusaha menghibur diri saya yang terluka oleh cinta.

sahabat... kali ini saya ingin mengajak memahami kata mutiara dari seorang ulama besar yg berasal dari sumatera barat yaitu Hamka, alhamdullilah sahabat, saya sudah pernah berkunjung ke museum pribadi beliau di pinggiran danau maninjau nan indah...subhanallah sahabatku...begitu banyak peninggalan buku-buku beliau tentang agama.

adapun salah satu kata mutiara beliau ;
Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia
ia laksana setetes embun yang turun dari langit, bersih dan suci
Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya.
Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,
tumbuhlah oleh karena embun itu
kedurjanaan, kedustaan, penipu,
langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela.
Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,
di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan,
setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji...

sahabat... setelah saya renungkan kata-kata beliau, memang benar adanya, dan alhamdullilah saya sendiri yang merasakannya. sahabat... sejujurnya saya adalah termasuk jiwa-jiwa pendosa...dan sebagai buktinya adalah friend list saya, mohon maaf sahabat, saya tidak bisa membukanya, jika saya membukanya, saya takut kalian akan menghakimi saya dan teman-teman saya, karena saya menghargai mereka dan saya ingin menjadi cahaya bagi mereka, insya Allah.

Alhamdulillah, cinta lah yang membawa saya sampai pada titik ini, sehingga saya bisa berbagi dgn kalian, mudah-mudahan Allah meridhoi setiap langkah saya..ya Allah ampuni hamba MU yang berlumur dosa ini ..
saya tulis catatan ini dengan tetesan air mata, yang mengingatkan saya akan dosa-dosa yang saya lakukan dan mengingatkan saya akan kisah cinta saya, semoga dengan tetesan air mata ini, Allah mengampuni saya.. aamiin..

sahabat..kiranya cukup tentang saya, semoga ada yang bisa diambil hikmah.
mari kita kita baca kisah pahlawan yang satu ini..
selamat membaca sahabat
semoga bermanfaat

wassalam
----------------------


TRAGEDI CINTA

Ada sisi lain yang menarik dari pengalaman emosional para pahlawan yang berhubungan dengan perempuan. Kalau kebutuhan psikologis dan bilogis terhadap perempuan begitu kuat pada para pahlawan, dapatkah kita membayangkan seandainya mereka tidak mendapatkannya?

Rumah tangga para pahlawan selalu menampilkan, atau bahkan menjelaskan, banyak sisi dari kepribadian para pahlawan. Dari sanalah mereka memperoleh energi untuk bekerja dan berkarya. Tapi jika mereka tidak mendapatkan sumber energi itu, maka kepahlawanan mereka adalah keajaiban di atas keajaiban. Tentulah ada sumber energi lain yang dapat menutupi kekurangan itu, yang dapat menjelaskan kepahlawanan mereka.

Ibnu Qoyyim menceritakan kisah Sang Imam, Muhammad bin Daud Al Zhahiri, pendiri mazhab Zhahiriyah. Beberapa saat menjelang wafatnya, seorang kawan menjenguk beliau. Tapi justru Sang Imam mencurahkan isi hatinya, kepada sang kawan, tentang kisah kasihnya yang tak sampai. Ternyata beliau mencintai seorang gadis tetangganya, tapi entah bagaimana, cinta suci dan luhur itu tak pernah tersambung jadi kenyataan. Maka curahan hatinya tumpah ruah dalam bait-bait puisi sebelum wafatnya.

Kisah Sayyid Quthub bahkan lebih tragis. Dua kalinya ia jatuh cinta, dua kali ia patah hati, kata DR. Abdul Fattah Al-Khalidi yang menulis tesis master dan disertasi doktornya tentang Sayyid Quthub. Gadis pertama berasal dari desanya sendiri, yang kemudian menikah hanya tiga tahun setelah Sayyid Quthub pergi ke Kairo untuk belajar. Sayyid menangisi peristiwa itu.

Gadis kedua berasal dari Kairo. Untuk ukuran Mesir, gadis itu tidak termasuk cantik, kata Sayyid. Tapi ada gelombang yang unik yang menyirat dari sorot matanya, katanya menjelaskan pesona sang kekasih. Tragedinya justru terjadi pada hari pertunangan. Sambil menangis gadis itu menceritakan bahwa Sayyid adalah orang kedua yang telah hadir dalam hatinya. Pengakuan itu meruntuhkan keangkuhan Sayyid; karena ia memimpikan seorang yang perawan fisiknya, perawan pula hatinya. Gadis itu hanya perawan pada fisiknya.

Sayyid Quthub tenggelam pada penderitaan yang panjang. Akhirnya ia memutuskan hubungannya. Tapi itu membuatnya semakin menderita. Ketika ia ingin rujuk, gadis itu justru menolaknya. Ada banyak puisi yang lahir dari penderitaan itu. Ia bahkan membukukan romansa itu dalam sebuah roman.

Kebesaran jiwa, yang lahir dari rasionalitas, relaisme dan sangkaan baik kepada Allah, adalah keajaiban yang menciptakan keajaiban. Ketika kehidupan tidak cukup bermurah hati mewujudkan mimpi mereka, mereka menambatkan harapan kepada sumber segala harapan; Allah!

Begitu Sayyid Quthub menyaksikan mimpinya hancur berkeping-keping, sembari berkata, “Apakah kehidupan memang tidak menyediakan gadis impianku, atau perkawinan pada dasarnya tidak sesuai dengan kondisiku?” Setelah itu ia berlari meraih takdirnya; dipenjara 15 tahun, menulis Fi Dzilalil Qur’an, dan mati di tiang gantungan! Sendiri! Hanya sendiri! ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar