Powered By Blogger

Jumat, 15 Juli 2011

introfaksi diri

Mengapa mobil harus dicuci toh nanti kotor lagi - Memperbaharui keimanan. Allah telah memanggil kita: “Wahai hamba-Ku yang melampaui batas atas diri mereka, jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang...’ Saudaraku, rasakanlah dalam-dalam betapa hangatnya dekapan kasih sayang Allah dalam firman-Nya tersebut...Lalu, Mengapa kita menunda untuk segera kembali kepada-Nya? Padahal Rasulullah telah mengabari kita betapa kegembiraan Allah menerima taubat hamba-Nya. “Allah lebih senang dengan taubat hambaNya dari pada orang yang kehilangan hewan yang dikendarainya saat berada di tanah yang tandus. Orang itu mencari kendaraan hewannya padahal di sanalah makanan dan minumannya. Hingga ia putus asa mencarinya dan berbaring di bawah pohon. Namun tiba-tiba hewan kendaraannya telah berada di sisinya. Ia lalu mengambil tali kekang hewannya dan mengatakan, “Ya Allah, Engkau hambaku dan aku Tuhanmu,” orang itu keliru mengatakannya karena terlalu gembira.” (HR.Muslim ) Lihatlah kegembiraan dan kesenangan Allah menerima kita...Jika kita bertaubat..Seperti itulah ungkapan Al Qur ’an, hadits yang menyeru kita untuk bertaubat dan kembali kepada Allah. Sampai kapan kita menunda dan mengakhirkan taubat? Padahal kematian hadir tanpa pernah diundang dan ketika itu tak ada lagi kesempatan untuk menginvestasikan amal shalih dan membersihkan diri. Mungkinkah kita menanti kematian itu? Bukankah rahmat Allah melampaui dosa yang pernah dilakukan oleh orang yang membunuh seratus jiwa. Jika rahmat Allah lalsana cahaya matahari yang mampu menyibak kegelapan dosa seorang pelacur yang memberi minum seekor anjing karena Allah. Apakah cahaya rahmat-Nya tidak kuasa menyibak kegelapan dosa-dosa yang kita lakukan, padahal Dia adalah Rabb Yang telah menyatakan Dirinya dengan sifat Maha Pengampun, Maha Pemaaf, Maha Penerima Taubat. Ampunan-Nya adalah cahaya diatas cahaya, apakah rahmat Allah menjadi sempit mengampuni dosa-dosa kita? “Jika kalian tidak melakukan dosa, niscaya Allah akan mendatangkan kaum selain kalian, lalu kalian berdosa dan memohon ampun kepada Allah, kemudian Allah memberi ampunan kepada mereka.” Renungkan bagaimana keluasan rahmat Allah dalam hadits qudsi yang lain, “Wahai ibnu Adam,jika dosamu mencapai ketinggian langit kemudian engkau datang kepada-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku, Aku ampuni engkau seberapa banyakpun dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai Ibnu Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, niscaya Aku datangi engkau dengan sepenuh bumi ampunan. Wahai Ibnu Adam, jika engkau menyeru dan meminta-Ku,Aku ampuni kesalahanmu dan Aku tidak peduli. HR.Turmudzi. Mengapa kita menunda tobat karena kita merasa belum mampu sepenuhnya menjauhi maksiat, mengapa harus bertobat kalau toh nanti kembali lagi membuat kesalahan, kita berpikir jika kita tobat sekarang maka nanti toh kita kembali melakukan dosa apa gunanya kita bertobat. Mari kita coba mengambil hikmah dari cerita ini. Dalam perjalanan ke luar kota, seorang ustadz meminta supirnya untuk mencuci mobil di suatu tempat peristirahatan. Dengan enteng supirnya menjawab, “Tidak usah ustadz, nanti juga kotor lagi.” Sang Ustadz tidak menjawab, dia hanya tersenyum menanggapi jawaban supirnya. Sampai pada waktu makan, Ustadz dan rombongannya masuk ke sebuah rumah makan, tidak terkecuali supir. Ustadz ini memang tidak membeda-bedakan orang, dia selalu memperlakukan supirnya dengan baik, dengan cara makan di tempat yang sama atau setara dengannya. Saat si supir akan mengambil nasi, piringnya di ambil oleh ustadz. Supir pun kaget. “Mengapa ustadz? Saya tidak boleh makan?” tanya supir keheranan. “Betul, kamu tidak usah makan.” kata ustadz dengan tenangnya. “Mengapa ustadz? Saya kan lapar juga.” katanya bertanya-tanya. “Tidak usah makan, nanti juga lapar lagi!” kata ustadz. Si supir tertegun. Kemudian dia sadar. Sambil tertawa dia berkata, “OK dech, setelah makan nanti saya cuci mobilnya.” Setelah kita menge-charge handphone kita, nanti baterenya akan habis lagi. Apakah menjadi alasan kita tidak menge-charge HP kita? Setelah tidur kita ngantuk lagi, apakah kita tidak perlu tidur? Setelah mandi kita akan kotor lagi, apakah kita tidak perlu mandi? Bahkan dalam masalah keimanan ada istilah futur, apakah kita tidak usah mempertebal iman kita? Begitu juga, apakah kita tidak perlu mencari nafkah karena uang kita akan habis lagi? Habis dan berkurang adalah suatu realita, justru itulah kita perlu mengisi dan mengisi lagi. Kotor adalah suatu realita, oleh karena itu kita perlu membersihkannya secara terus menerus. Kesalahan adalah realita oleh karena itu kita harus memperbaikinya dengan melakukan ketaatan dan tobat secara terus menerus. Begitu juga keimanan itu akan turun atau naik, oleh karena itu kita perlu menyegarkan keimanan kita lag dengan memperbanyak zikirallah. Saudaraku, bahkan sepatutnya kita bersyukur karena keluasan ampunan Allah mencakup dosa yang dilakukan berulang-ulang. Dengarlah bagaimana firman Allah dalam hadits qudsi. “Seorang hamba melakukan dosa dan mengatakan, “Ya Tuhan aku telah berdosa, ampunilah aku.. ”Maka Allah berfirman, “Hamba-Ku mengetahui bahwa dia mempunyai Rabb Yang mengampunkan dosa dan menghitung dosanya. Aku bersaksi pada kalian (para Malaikat) bahwa Aku telah mengampuninya.” Tapi kemudian hamba itu melakukan dosa kembali dan mengatakan seperti yang dikatakannya semula. Maka Allah menjawabnya dengan jawaban yang sama. Hingga keempat kali kondisi itu berulang, Allah berfirman, “Tulislah oleh kalian (para Malaikat), bagi hamba-Ku ampunan yang tidak pernah hapus. Maka biarkanlah hamba-Ku melakukan apa yang ia inginkan.” (HR.Bukhari). Jangan memudahkan dosa karena hadits ini pasti ini bukan sama sekali menganjurkan kita berulang melakukan dosa dan kemaksiatan. Bukan sama sekali meremehkan kadar dosa dan maksiat kepada Allah, tetapi hadits ini lebih menerangkan masalah hati yang selalu gelisah atas dosa dan selalu kembali bertaubat atas penyimpangannya. Sedangkan orang yang hatinya tidak tenang dengan dosa dan selalu bertaubat, tidak akan melakukan dosa berulang-ulang. Itulah esensi makna yang dikandung dalam hadits tersebut. Jika kita menganggap Allah adalah kekasih kita, ketahuilah bahwa Dia menunggu kedatangan kita hari-hari ini, di bulan ini. Allah menanti kita datang dan bersimpuh ke hadapan-Nya. Mari dengarkanlah apa yang difirmankan-Nya, “Jika hamba-Ku mendekat kepada-Ku satu jengkal, maka aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta. Jika hamba-Ku mendekat kepadaku satu hasta, Aku akan mendekat kepada-Nya satu depa. Jika hamba-Ku mendatangiku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari. (HR.Bukhari) Perhatikanlah lagi dengan seksama dan mendalam saudaraku. Betapa kasih sayangnya Allah kepada kita...Mari kita sambut ramadhan-Nya dengan terus memperbaharui iman, tak pernah lepas menyadari setiap kesalahan dan kekhilapan dengan memohon ampunan-Nya guna merengkuh derajat takwa dan meraih ridha-Nya. Ramadhan, hari-hari saat pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup. Ketika rahmat Allah swt tercurah luar biasa kepada hamba-hamba-Nya di bulan ini. Bulan yang nilainya tak mungkin terbayar dengan seluruh usia kita di dunia. Tengadahkan tangan kita dan ketuk pintu rahmat-Nya dan pinta ampunan-Nya. Bayangkanlah, Allah begitu bergembira menerima kehadiran kita.. Lebih dan kurang mohon dimaafkan, andai ada setitik hikmah itu dari-Nya. Wallahu muwafiq illa aqwmith thariq. Wassalammu'alaikum saudaraku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar